Apakah benar, rasa sayang dan cinta itu harus memiliki? Apakah untuk menyayangi orang yang kita cintai, maka kita harus menjadi kekasihnya? Jika apa yang kita lakukan ketika menjadipacar, ketika melakukan pendekatan, dengan ketika kita tersakiti karena ditolak/diputus berbeda, aku bisa memastikan bahwa rasa sayang tersebut belum 100%. Rasa sayang itu hanyalah investasi agar kita mendapatkan balasan berupa sayang juga. Dan ini manusiawi sekali.
Bagi sebagian orang, istilah “Cinta tak harus memiliki” adalah semboyan bagi orang yang dikhianati atau bagi orang yang mengalami kasih tak sampai.
Apakah benar, rasa sayang dan cinta itu harus memiliki? Apakah untuk menyayangi orang yang kita cintai, maka kita harus menjadi kekasihnya? Jika apa yang kita lakukan ketika menjadipacar, ketika melakukan pendekatan, dengan ketika kita tersakiti karena ditolak/diputus berbeda, aku bisa memastikan bahwa rasa sayang tersebut belum 100%. Rasa sayang itu hanyalah investasi agar kita mendapatkan balasan berupa sayang juga. Dan ini manusiawi sekali.
Cinta dan sayang yang ideal (tapi ingat, didunia ini tidak ada yang ideal) tentunya adalah ikhlas dan tanpa pamrih. Cinta adalah memberi dan berkorban tanpa mengharapkan balas apapun dari sang kekasih. Kerelaan yang sejati bisa kita berikan hanya dan hanya jika kekasih tersebut sudah benar-benar menjadi milik kita secara syah (baik dari segi agama maupun segi hukum negara). Namun jika belum menjadi kekasih yang hakiki, pasti kita mempunyai pamrih agar pengorbanan kita mendapat balasan. (sekali lagi itu adalah manusiawi sekali)
Pengorbanan, tentu saja bukan hanya pengorbanan waktu, tenaga, dan materi, namun seringkali yang terasa sangat sakit adalah korban perasaan. Perasaan sakit saat dia tersakiti, rasa sedih saat kekasih sedih, rasa cemburu, marah dll.
Mampukah engkau tersenyum bahagia di saat sang kekasih memperkenalkan kekasihnya/suaminya. Mampukah engkau merasa bahagia melihatnya berbahagia bersama orang lain?
Saya percaya hanya orang yang sudah hilang kesadaranya yang tidak kecewa, bingung, bahkan marah. Kita hanyalah manusia biasa yang punya emosi, ambisi dan motivasi. Apapun yang kita lakukan, tentu ada pamrih meskipun sekecil pasir. Jika tak ada pamrih, lalu apa motivasi kita melakukan itu? Hanya karena sayang? Yakin? Apakah benar kita tidak mengharapkan untuk kembali kepada kita suatu hari nanti? Apakah benar kita tidak mengharapkan untuk mendapatkan senyum manisnya? Karena senyum manis itulah yang rasanya bisa mengobati luka-luka meskipun sebentar….
Namun demikian, aku tetap yakin bahwa cinta yang ikhlas itu tetap ada. Parameternya, jika kamu tetap menyayanginya, tetap baik padanya, tetap membantunya ketika ia memerlukan pertolongan, itu artinya kamu bisa dikatakan telah ikhlas. Lepas dari berapa besar korban perasaan yang kamu derita. Terlepas berapa lebar luka yang terkoyak di hatimu. Namun jika engkau telah tersenyum tatkala melihat orang yang kau cintai itu berbahagia dengan orang lain, aku yakin, itulah cinta tanpa pamrih itu.
Nah, setelah ini, akan muncul pertanyaan, apakah dengan kita tetap menyayanginya, itu berarti dia tetap ada di hati? Dan itu artinya tidak adil untuk seorang yang baru masuk ke dalam kehidupan? Karena cinta kepadanya akan terbagi dengan cinta masa lalu?
“Kulukiskan lagi sebuah ingatan
Yang mungkin telah terlupakan
Jauh dulu…
Kau sapa hangat hariku
Mengungkap kebahagiaan yang terpendam
Sejenak penuh arti
Cinta itu pernah ada dan bertahta
Bahkan jiwa ini adalah separuh jiwamu
Kau orang yang pernah membuatku merasa berarti
Dan temani bergolaknya hidupku
Dan kuakui hatiku masih untukmu
Walau kadang tak selalu sempurna
Namun tak seorangpun sanggup menggantikan
Pahit dan manis cerita kita…
Mungkin kita tak harus jadi satu
Tapi cukup bagiku kehadiranmu
Perlahan duka pun pergi
Jauh tenggelam tinggalkan gundah
Bertahun ku coba sendiri
Berteman caci maki”
Kamis, 24 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar