Johannesburg - udah lama sepakbola ikut dimainkan kaum hawa. Tapi apa jadinya jika yang menggocek Jabulani adalah wanita yang sudah renta dengan usia di atas 59 tahun?
Tontonan unik lagi menarik tersebut terjadi di Lucas Radebe Soccer School yang terletak di Kota Johannesburg. Acara yang didukung oleh perusahaan aparel raksasa Adidas tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana yang akan disalurkan kepada Nelson Mandela Foundation Charity, 4664.
Meski sudah sangat renta usia peserta acara yang bertajuk a GoGo grannies masterclass tersebut adalah 59 sampai 84 tahun para nenek-nenek itu terlihat sangat antusias mengikuti semua acara yang digelar.
Hebatnya, mereka melakukan itu semua seperti pesepakbola profesional. Di dalam ruang ganti mereka menyanyikan lagu pembangkit semangat, sedangkan di saat setelah masuk lapangan mereka berjejer berdiri rapih untuk melakukan pemanasan.
Usia yang sangat senja dan tubuh peserta yang hampir semuanya berukuran sangat besar memang membuat pergerakan nenek-nenek itu sangat terbatas. Namun saat berusaha menendang dan menggiring bola, mereka semua melakukannya dengan mimik sangat serius.
Karena cuma eksebisi demi pengumpulan dana, lapangan nyang digunakan adalah lapangan futsal yang berukuran kecil.
Nenek-nenek tersebut ternyata bermain sepakbola bukan karena dadakan lantaran ada event Piala Dunia atau kegiatan amal. Soalnya mereka ternyata sudah rutin menyepak si kulit bundar sejak tahun 2007, setelah sebelumnya secara rutin bertemu sejak 2002.
Tim yang berasal dari Provinsi Limpopo tersebut bahkan punya jadwal tetap untuk menggelar latihan.
"Kami bermain setiap Selasa dan Kamis. Stadion selalu penuh jika kami main dan petugas keamanan sampai dibuat repot. Mereka menonton untuk menertawakan kami," sahut Beatrice Tshabalala, salah seorang pemain yang merangkap sebagai juru bicara tim.
Sebagai kelanjutan dari berbagai pertandingan yang sudah dijalani, dan animo masyarakat yang terlihat besar, rencananya tahun 2011 akan digelar semacam liga sepakbola khusus nenek-nenek.
Kondisi tersebut memungkinkan karena di Propinsi Limpopo saja setidaknya ada 15 klub sepakbola nenek-nenek.
"Jika nantinya ada Piala Dunia untuk kami, siapa tahu kami bisa lebih baik dari Bafana-Bafana," seloroh salah seorang nenek menyindir hasil buruk yang didapat anak didik Carlos Alberto Parreira, yang seri 1-1 melawan Meksiko dan kalah 0-3 dari Uruguay.
Tontonan unik lagi menarik tersebut terjadi di Lucas Radebe Soccer School yang terletak di Kota Johannesburg. Acara yang didukung oleh perusahaan aparel raksasa Adidas tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana yang akan disalurkan kepada Nelson Mandela Foundation Charity, 4664.
Meski sudah sangat renta usia peserta acara yang bertajuk a GoGo grannies masterclass tersebut adalah 59 sampai 84 tahun para nenek-nenek itu terlihat sangat antusias mengikuti semua acara yang digelar.
Hebatnya, mereka melakukan itu semua seperti pesepakbola profesional. Di dalam ruang ganti mereka menyanyikan lagu pembangkit semangat, sedangkan di saat setelah masuk lapangan mereka berjejer berdiri rapih untuk melakukan pemanasan.
Usia yang sangat senja dan tubuh peserta yang hampir semuanya berukuran sangat besar memang membuat pergerakan nenek-nenek itu sangat terbatas. Namun saat berusaha menendang dan menggiring bola, mereka semua melakukannya dengan mimik sangat serius.
Karena cuma eksebisi demi pengumpulan dana, lapangan nyang digunakan adalah lapangan futsal yang berukuran kecil.
Nenek-nenek tersebut ternyata bermain sepakbola bukan karena dadakan lantaran ada event Piala Dunia atau kegiatan amal. Soalnya mereka ternyata sudah rutin menyepak si kulit bundar sejak tahun 2007, setelah sebelumnya secara rutin bertemu sejak 2002.
Tim yang berasal dari Provinsi Limpopo tersebut bahkan punya jadwal tetap untuk menggelar latihan.
"Kami bermain setiap Selasa dan Kamis. Stadion selalu penuh jika kami main dan petugas keamanan sampai dibuat repot. Mereka menonton untuk menertawakan kami," sahut Beatrice Tshabalala, salah seorang pemain yang merangkap sebagai juru bicara tim.
Sebagai kelanjutan dari berbagai pertandingan yang sudah dijalani, dan animo masyarakat yang terlihat besar, rencananya tahun 2011 akan digelar semacam liga sepakbola khusus nenek-nenek.
Kondisi tersebut memungkinkan karena di Propinsi Limpopo saja setidaknya ada 15 klub sepakbola nenek-nenek.
"Jika nantinya ada Piala Dunia untuk kami, siapa tahu kami bisa lebih baik dari Bafana-Bafana," seloroh salah seorang nenek menyindir hasil buruk yang didapat anak didik Carlos Alberto Parreira, yang seri 1-1 melawan Meksiko dan kalah 0-3 dari Uruguay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar